Grinnews.id – Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, kembali memasuki arena PBSI dan mengungkapkan keprihatinannya mengenai beban mental yang dihadapi para atlet bulutangkis saat ini akibat sistem reli poin.
Pernyataan tersebut diambil dari sumber terpercaya, Antara, di mana Hadinata menyoroti betapa beratnya beban tersebut dibandingkan era sebelumnya.
“Saya rasakan tekanan jauh lebih berat saat ini. Faktor utamanya adalah pemberlakuan sistem reli poin yang menambah beban mental, terutama di poin-poin kritis,” ungkap pria yang dua kali menjadi Juara Dunia tersebut.
Mengerti sistem reli poin lebih mendalam, di mana atlet harus mencapai 21 poin dalam setiap set dan gim, dengan total 2 set dalam satu pertandingan.
Sebagai kontras, di era Hadinata dulu dikenal dengan sistem pindah bola, yang memberi kesempatan bagi pemain untuk “menarik nafas” lebih lama.
Hadinata menambahkan, “Bila Anda memikirkannya, dalam skor 21-19, kesalahan satu servis bisa menjadi poin kemenangan lawan. Sedangkan di masa saya, tekanannya tidak sebesar saat ini.”
Berkaitan dengan kembali bergabungnya Hadinata di PBSI sebagai konsultan atlet, ini menandai langkah maju organisasi tersebut dalam upaya meningkatkan prestasi bulutangkis Tanah Air.
Mengingat prestasi gemilang Hadinata di masa lalu, seperti 5 medali emas Asian Games dan 4 gelar juara Piala Thomas, kehadirannya diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi generasi atlet bulutangkis Indonesia saat ini.
Christian Hadinata berharap, “Dengan kembalinya saya, semoga bisa memberi kesadaran bagi para atlet tentang pentingnya latihan, kedisiplinan, konsentrasi, dan fokus. Semua ini harus menjadi kebutuhan utama mereka.”
Prestasi bulutangkis Indonesia memang sedang mendapat sorotan, terutama setelah hasil kurang memuaskan di Kejuaraan Dunia 2023.
Namun, dengan adanya figur seperti Hadinata yang kembali berkecimpung, harapan baru bagi kebangkitan bulutangkis Indonesia kembali menyala.