Grinnews.id – Kenaikan harga beras di Pangandaran menjadi pukulan berat bagi para pengusaha warung makan atau warteg. Mereka terjepit antara opsi mengurangi porsi makanan atau menaikkan harga jual, demi menjaga keuntungan yang semakin tipis.
Salah satu pemilik warung makan di dekat Alun-alun Parigi, Siti Maesyah (34), mengungkapkan kekhawatirannya. “Meskipun harga beras naik, kami memilih untuk tidak menaikkan harga nasi timbel. Sebagai gantinya, kami mengurangi ukuran porsi,” kata Siti.
Siti menambahkan, dia khawatir kenaikan harga akan mengurangi jumlah pelanggannya. “Saya tidak tega menaikkan harga, terutama untuk pelanggan tetap. Saat ini, harga satu timbel nasi masih Rp 5.000,” ujarnya.
Pada Agustus 2023, harga beras berada di kisaran Rp 11.000 per kilogram. Saat ini, harga telah menembus angka Rp 13.000 per kilogram.
“Kenaikan ini juga berdampak pada harga bumbu dan bahan lainnya. Jika tidak diimbangi, keuntungan kami akan semakin kecil,” ungkap Siti.
Yanyan, pemilik Warung Nasi Soto Jati Marga, juga merasakan dampak yang sama. “Usaha saat ini memang sedang sulit. Bahan baku semakin mahal, sementara daya beli masyarakat tetap. Kami belum bisa menaikkan harga,” kata Yanyan.
Penyebab Kenaikan Harga Beras
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran, Tedi Garnida, menjelaskan bahwa kenaikan harga beras disebabkan oleh naiknya harga gabah di tingkat petani.
“Harga per kuintal mencapai Rp 700.000. Produksi yang berkurang dan beberapa yang gagal panen membuat ketersediaan gabah menjadi sedikit,” ujarnya.
Menurut data dari Dinas Perdagangan, ketersediaan beras saat ini mencapai 9.120 kilogram untuk jenis premium dan 1.560 kilogram untuk jenis medium. Sementara kebutuhan mencapai 8.880 kilogram untuk beras medium dan 1.440 kilogram untuk beras premium.