Grinnews.id – Bandung sempat menjadi sorotan dengan sebutan Gotham City. Nama kota fiksi yang muncul dalam cerita pahlawan super, Batman, tersebut terkait dengan lonjakan kejahatan jalanan pada akhir 2022.
Julukan Gotham City ini ternyata menarik perhatian para pemimpin Pemerintah Kota Bandung. Untuk menanggapi tuntutan masyarakat, para pejabat di Kota Kembang ini berusaha mengatasi maraknya tindak kriminal jalanan tersebut.
Pada saat itu, solusi diusulkan melalui program Bandung Smart City. Konsepnya adalah mengalokasikan anggaran untuk pengadaan CCTV cerdas yang diharapkan mampu mendeteksi identitas seseorang jika terlibat dalam kegiatan kriminal jalanan.
Namun, solusi ini ternyata berbalik menjadi masalah. Tiga pejabat, yaitu Wali Kota Bandung Yana Mulyana, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Dadang Darmawan, dan Sekretaris Dinas Perhubungan (Sekdishub) Khairul Rijal, ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) karena terkait dengan proyek pengadaan CCTV cerdas ini yang berujung pada kasus korupsi.
Selama persidangan kasus suap Bandung Smart City pada Senin (7/8/2023), Khairul Rijal, salah satu terdakwa, membicarakan julukan Gotham City dan peran Dinas Perhubungan dalam hal ini. Dia menjelaskan bahwa Dinas Perhubungan (Dishub) mendapat tekanan karena meningkatnya tindak kriminal jalanan pada tahun 2022.
“Tahun 2022, Bandung diviralkan sebagai Gotham City. Angka kriminal saat itu meningkat, kemudian juga terjadi bom Astanaanyar di tahun yang sama,” ungkap Rijal di Pengadilan Tipikor Bandung.
“Ini mengakibatkan banyak yang datang dan meminta perbaruan sistem pemantauan melalui CCTV di jalanan. Karena sistem CCTV yang sudah ada terbatas, akhirnya kami (Dishub Kota Bandung) mengajukan anggaran untuk pengadaan CCTV tersebut,” tambahnya.
Awalnya, proyek program Bandung Smart City dikoordinasikan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung. Namun karena banyak tekanan, anggaran proyek tersebut dialihkan ke Dishub.
Pada perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2022, anggaran yang sebelumnya di Diskominfo untuk pengadaan CCTV dialihkan ke Dishub. Dishub mendapat anggaran total sekitar Rp 47-48 miliar, dengan anggaran khusus sekitar Rp 5 miliar untuk pengadaan CCTV.
Namun, di balik pengalihan anggaran ini, Rijal mengakui bahwa ada ‘antensi’ yang harus diberikan kepada beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung. Menurutnya, antensi ini adalah penghargaan kepada anggota dewan atas pengalihan anggaran ke Dishub.
“Iya, ada antensi di sini. Ada titipan dari legislatif. Antensinya adalah 10 persen untuk anggota dewan,” ucapnya.
Jumlah uang antensi yang disiapkan adalah sekitar Rp 200 juta. Uang tersebut kemudian diserahkan setelah proyek pengadaan CCTV Bandung Smart City selesai.
Selain mengungkap fakta-fakta tersebut, Rijal juga membahas tentang pembelian sepatu merek Louis Vuitton (LV) oleh Yana Mulyana saat berkunjung ke Thailand. Rijal menegaskan bahwa sepatu mewah tersebut merupakan pilihan pribadi Yana Mulyana, bukan hadiah dari pihak terkait dengan kasus Bandung Smart City.
Rijal menjelaskan bahwa Yana membeli sepatu LV tersebut setelah mengunjungi pameran CCTV Huawei di Thailand. Rijal mengatakan bahwa Yana memilih sepatu itu dan saat akan membayar, Dadang Darmawan memberi kode kepada Rijal untuk membayarnya.
Rijal kemudian membayar sepatu senilai Rp 18 juta tersebut dengan kartu debit pribadinya.
Dalam persidangan ini, Rijal turut memberikan penjelasan tentang sejumlah aspek yang terkait dengan kasus proyek pengadaan CCTV Bandung Smart City dan dampak korupsi yang menyertainya.