Grinnews.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berencana menerapkan teknologi bakteri wolbachia dalam upaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah menurun signifikan sejak tahun lalu.
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menunjukkan penurunan kasus DBD dari 5.205 kasus pada tahun 2022 menjadi 1.281 kasus dari Januari hingga Juli 2023.
“Kami optimis bahwa inovasi wolbachia akan lebih mempercepat penurunan ini,” kata Ira Dewi Jani, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung.
Inovasi ini akan diuji coba pertama kali di Kecamatan Ujungberung, salah satu dari 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada tahun 2022. “Kami telah melakukan uji coba resistensi dan siap untuk implementasi,” ungkap Ira.
Bakteri wolbachia akan disuntikkan ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti, vektor penyakit DBD. “Jika nyamuk ini menggigit seseorang dengan virus dengue, virus tersebut akan mati, sehingga tidak akan menyebar lagi,” jelas Ira.
Ira menambahkan bahwa bakteri wolbachia tidak akan masuk ke dalam tubuh manusia dan telah terbukti efektif di Yogyakarta. “Ini adalah langkah komplementer, dan kami akan tetap menjalankan upaya pencegahan lainnya,” kata Ira.
Salah satu tantangan adalah lokasi penempatan ember yang berisi telur nyamuk. “Kami meminta masyarakat untuk tidak mengganggu telur hingga menetas,” harap Ira. Ke depannya, sebanyak 33.000 ember akan disebar di seluruh Kota Bandung.
Selain efektivitasnya dalam menekan angka kasus DBD, implementasi bakteri wolbachia juga diharapkan akan membawa dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan.
“Kami berharap, dengan penurunan kasus DBD, anggaran yang biasanya digunakan untuk fogging bisa dialihkan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak,” tambah Ira.
Ira menekankan bahwa inovasi ini lebih aman bagi lingkungan dan juga lebih ekonomis. “Bakteri wolbachia sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti di tubuh lalat buah. Oleh karena itu, ini adalah solusi yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.
Untuk keberhasilan implementasi ini, dukungan dari masyarakat sangat diperlukan. “Kami meminta masyarakat untuk bekerja sama, terutama dalam penempatan ember yang berisi telur nyamuk,” kata Ira.