Grinnews.id – Tragedi besar terjadi ketika sebuah ledakan besar menghantam rumah sakit di Kota Gaza pada Selasa (17/10/2023) malam, menyebabkan setidaknya 471 jiwa melayang. Para pejabat kesehatan Palestina menuding serangan udara Israel sebagai penyebab kehancuran ini.
Namun, militer Israel membantah dengan alasan bahwa ledakan tersebut merupakan akibat dari kegagalan peluncuran roket oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina.
Pasca ledakan, suasana penuh dengan kepanikan dan ketidakpastian. “Seharusnya tempat ini aman, tapi ternyata menjadi target pemboman,” ujar salah satu korban selamat kepada BBC.
Menurut laporan Wartawan BBC, Rushdi Abu Alouf, situasi di lokasi kejadian sangat memprihatinkan dengan penemuan bagian tubuh korban yang bergelimpangan dan bangkai mobil yang hangus terbakar.
Atmosfer kebingungan terasa tebal di lingkungan rumah sakit Arab Al-Ahli yang kini dipenuhi dengan barang-barang pribadi, kasur berlumuran darah, dan dampak dari ledakan serta kebakaran.
Penyelidikan awal menunjukkan tidak ada bekas kawah besar dari ledakan tersebut. Ini menambah tanda tanya besar terkait sumber ledakan.
Dokter di lokasi menyebutkan bahwa mayoritas korban adalah warga sipil yang mengungsi ke rumah sakit tersebut sejak Jumat (13/10/2023), mengikuti perintah militer Israel. Banyak di antaranya adalah warga yang lemah dan tidak memiliki akses transportasi.
Ketika ledakan terjadi, warga dari seluruh Jalur Gaza berbondong-bondong datang ke lokasi untuk membantu evakuasi. Mereka yang terluka parah harus dibawa ke Rumah Sakit Shifa yang berjarak sekitar 3 km.
Seorang saksi mata yang berada di lokasi saat itu mengaku tak mengetahui apa yang terjadi sebelum ledakan. “Kami tak punya pilihan lain selain kembali ke sini. Ke mana lagi kita harus pergi?” tegasnya, mengingat peristiwa Arab-Israel pada tahun 1948.
Menambahkan kompleksitas situasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa 20 rumah sakit di wilayah utara telah menerima perintah untuk mengevakuasi pasien dan staf medis.
Namun, PBB menyatakan bahwa perintah tersebut tampaknya tidak dapat dilaksanakan karena berbagai keterbatasan, termasuk kekurangan ambulans dan tempat tidur di rumah sakit lain.
Dengan kondisi saat ini, PBB memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan di Jalur Gaza berpotensi meningkat dan kondisi kesehatan masyarakat semakin memburuk.