Grinnews.id – Menjelang pekan ke-12 Liga 1, tension antara manajemen PT Persib Bandung Bermartabat dan pendukung setia mereka, Bobotoh, tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Kedua pihak masih kokoh pada prinsipnya tanpa ada tanda-tanda perbaikan komunikasi.
Konflik ini berakar dari ketidakpuasan Bobotoh terhadap sistem pembelian tiket pertandingan secara online.
Dalam sistem ini, setiap pembeli diwajibkan memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan hanya diperbolehkan membeli satu tiket per akun.
Efektivitas vs Kenyamanan
Panitia Pelaksana (Panpel) berpendapat bahwa sistem ini efektif untuk menekan peran calo dan penonton gelap.
Namun, bagi Bobotoh, aturan ini justru menimbulkan banyak hambatan. Pemicu kebuntuan ini telah memicu aksi demonstrasi berulang-ulang di depan kantor manajemen Persib.
Dampak ke Tribun: Suasana Stadion Sepi
Akibatnya, berbagai kelompok suporter Persib memutuskan untuk menghindari pertandingan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
Hasilnya? Sorak-sorai yang biasanya memenuhi stadion lenyap, digantikan oleh hening dan penonton yang sangat sedikit. Pada beberapa pertandingan, jumlah penonton bahkan tidak lebih dari 10 ribu orang.
Pernyataan dari Komisaris PT PBB
Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat, menuturkan rasa prihatinnya. “Saya sangat sedih melihat kondisi ini. Saya harap kedua pihak dapat duduk bersama dan menemukan jalan keluar untuk konflik ini,” ujar Umuh.
Menurut Umuh, sudah banyak Bobotoh yang rindu akan suasana stadion tetapi terhalang oleh ‘sikap’ yang diterapkan. Meski begitu, ia yakin akan ada jalan keluar. “Insya Allah ada keterbukaan dan akan ditemukan jalan menuju perdamaian,” tutupnya.
Konflik ini bukan hanya merugikan bagi Persib dan Bobotoh, tetapi juga bagi sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Solusi yang memadai tentunya diharapkan segera ditemukan agar harmoni antara klub dan pendukungnya bisa segera dipulihkan.