Grinnewsw.id – Indonesia, sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia, menghadapi tantangan unik dalam industri kopi. Meski produksi meningkat, harga kopi di pasaran tetap fluktuatif.
Untuk mengatasi masalah ini, sekelompok anak muda di Bandung membentuk Komunal Kopi, sebuah inisiatif yang berfokus pada kolaborasi ekonomi dengan petani kopi.
Didirikan pada tahun 2016, Komunal Kopi berupaya menciptakan ekosistem bisnis kopi yang adil dan berkelanjutan. Angga, salah satu anggota Komunal Kopi, mengungkapkan bahwa struktur pasar kopi di Indonesia mirip dengan piramida terbalik.
“Produksi di hulu lebih besar, tetapi serapan pasarnya semakin kecil saat menuju ke hilir,” kata Angga.
Komunal Kopi membantu petani kopi untuk memahami proses pengolahan ceri menjadi biji kopi mentah, sehingga mereka bisa menjual kopi dengan harga yang lebih menguntungkan.
“Kami fokus pada transfer pengetahuan dan pembangunan kesadaran bisnis di kalangan petani,” jelas Angga.
Anak muda yang tergabung dalam Komunal Kopi berfungsi sebagai perpanjangan tangan petani untuk menyalurkan biji kopi mentah ke kedai-kedai dan restoran. Selain itu, mereka juga mengoperasikan Kendai Kopi Communal Coffee sebagai representasi dari Komunal Kopi.
Salah satu dampak signifikan dari inisiatif ini adalah terciptanya kesadaran dan pengetahuan bisnis yang lebih baik di kalangan petani. “Kami menargetkan terciptanya kedaulatan harga bagi petani, sehingga mereka memiliki daya tawar yang lebih baik,” tambah Angga.
Komunal Kopi saat ini bekerja sama dengan kelompok petani kopi di Tanjungsari, Sumedang, dan Bantu Lonceng, Desa Sunten Jaya, Lembang, Bandung Barat.
Mereka juga aktif di media sosial dengan akun Instagram [@communalcoffee](https://www.instagram.com/communalcoffee/).