Grinnews.id – Kemarau yang melanda Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung berimbas signifikan terhadap produksi susu sapi perah. Pasalnya, produksi susu di daerah tersebut mengalami penurunan drastis hingga 50% akibat kesulitan dalam mendapatkan pakan ternak yang berkualitas.
Wawan Darmawan, salah satu peternak sapi perah lokal, menggambarkan betapa sulitnya kondisi saat ini. “Penghasilan dari susu menurun signifikan, diperparah dengan kesulitan mencari rumput yang berkualitas sebagai pakan,” tuturnya pada Kamis, 12 Oktober 2023.
Dalam keadaan ideal, satu sapi yang baru melahirkan mampu memproduksi hingga 20 liter susu per hari. Namun, dengan kondisi saat ini, angka tersebut berkurang setengahnya.
“Saya punya enam sapi, tapi hanya tiga yang menghasilkan susu. Bahkan, produksi susu dari satu sapi hanya mencapai 10 liter,” tambah Wawan.
Dengan langkanya rumput hijau, Wawan, yang merupakan warga Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, mencari alternatif lain untuk pakan ternaknya.
“Kami menggunakan sayuran segar seperti kol yang kami ambil saat musim panen dari pegunungan,” jelasnya.
Wawan bukanlah satu-satunya yang menghadapi krisis ini. Menurutnya, sekitar 20 peternak sapi perah di daerahnya juga mengalami kesulitan yang sama.
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung telah meningkatkan status siaga darurat kekeringan menjadi tanggap darurat sejak 25 September 2023, berlaku selama 14 hari.
Beny Sonjaya, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Kabupaten Bandung, menyatakan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan dampak kemarau dan fenomena El Nino yang menyebabkan bencana kekeringan dan krisis air di sejumlah wilayah.