Lompat ke konten

TERKINI

Wayang Golek Melangkah Lelah di Kota Bandung: Dibayangi Keterbatasan Lahan

Wayang Golek Melangkah Lelah di Kota Bandung: Dibayangi Keterbatasan Lahan
Ilustrasi wayang golek.

Grinnews.id – Kesenian tradisional Indonesia, seperti pagelaran wayang golek, menghadapi tantangan serius di Kota Bandung. Wayang golek, seni pertunjukan tradisional yang melibatkan boneka kayu, semakin jarang ditemui di kota ini.

Edih Taryana, seorang seniman berusia 60 tahun dari Sanggar Munggul Pawenang Padasuka, Kota Bandung, mengungkapkan pandangannya mengenai fenomena ini.

Menurut Edih Taryana, salah satu faktor penurunan popularitas pagelaran wayang golek di Kota Bandung adalah minimnya lahan terbuka yang dapat digunakan untuk pertunjukan wayang.

Pagelaran wayang golek sering diadakan dalam berbagai perayaan seperti khitanan, pernikahan, atau sekadar hiburan masyarakat.

Edih menjelaskan, “Alasannya adalah kurangnya lahan terbuka, bukan karena kurang minat. Jika ada pagelaran wayang di Kota Bandung, penontonnya masih banyak.”

Keterbatasan lahan yang dapat digunakan untuk pertunjukan telah memaksa warga untuk menyewa lapangan yang seringkali berlokasi jauh dari rumah mereka.

Baca Juga :  Pelipatgandaan Keamanan Teras Cihampelas: Linmas Digerakkan, Pemkot Ingatkan Aset Bersama Tak Untuk Dicuri!

Hal ini menjadi kendala bagi penyelenggaraan pagelaran wayang. Edih mencontohkan, “Kadang kita harus mencari tempat di Dago, padahal rumah kita di tempat lain.”

Dampaknya, alternatif hiburan yang tidak memerlukan lahan yang luas menjadi pilihan utama bagi warga Kota Bandung, daripada menggelar pertunjukan wayang. “Dulu, Cicadas dan Cicendo sering mengadakan, tapi sekarang sulit menemukan tempatnya,” tambah Edih.

Edih juga mencatat bahwa beberapa wilayah di Jawa Barat, seperti Sukabumi, Sumedang, Majalengka, dan sebagian wilayah selatan Jawa Barat, masih aktif dalam menggelar pertunjukan wayang.

“Di Jawa Barat, Sukabumi hingga Banten sangat kuat, Sumedang di Tanjungsari juga aktif, Ujungberung masih banyak tempat dan lahan,” ungkapnya.

Dia juga menambahkan, “Biasanya pertunjukan wayang di tengah kota terkait dengan acara kepemerintahan seperti di Kodam.”

Baca Juga :  Petinggi BUMN PT Amarta Karya Nikmati Kemewahan dari Hasil Korupsi Rp 46 Miliar

Edih Taryana, yang merupakan adik dari dalang terkenal Ade Amung Sutarya dan pelopor pembentukan dalang-dalang muda, mengingatkan bahwa masa kejayaan wayang golek di Kota Bandung terjadi pada tahun 1980-an hingga awal 1990-an.

“Pada masa itu, ada banyak pertunjukan wayang. Saya pernah mendapatkan 112 acara dalam tiga bulan berturut-turut saat itu. Biasanya, pertunjukan wayang masih aktif di wilayah Ujungberung, Cihideung Lembang, karena lahan yang luas masih tersedia di sana,” tutupnya.

Perkembangan pagelaran wayang golek di Kota Bandung menunjukkan dampak dari perubahan urbanisasi dan keterbatasan lahan, yang telah memengaruhi kesenian tradisional ini.

Meskipun tantangan ini nyata, semangat untuk menjaga dan menghidupkan kembali seni tradisional seperti wayang golek tetap hidup dalam masyarakat.

Telah terbit : https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6976875/langkanya-pagelaran-wayang-golek-di-kota-bandung